MENTERI AGAMA

PAK LUKMAN HAKIM,
Sang Menteri Suka Baca Puisi

Seindah pujangga.
Pak Menteri dengan untaian kata.
Suara terbata-bata baca puisi semangkin indah.
Boleh percaya boleh juga tidak masalah.
Seorang tanpa lulusan sastra ternyata bisa.
Menulis dan membaca puisi tanpa gagap apa-apa.

Entah belajar dari mana mungkin warisan nenek moyangnya.
Bakat terpendam kesibukan mengurus Negara.
Terpasung urusan sebagai Menteri Agama.
Kini momen justru terperi menjadi tersedia.
Pak Menteri bisa baca puisi bak WS. Rendra.

Rindu rintihan rasa.
Ungkapkan suka dan duka.
Masukkan diksi kata kaitkan agama.
Mistisme menjaga menjadi pola dakwah.
Tanpa menyakiti tanpa ancaman kepada siapa.
Rasa tertuang dengan makna-makna.
Boleh jadi rintihan rindu terkabung di dada.

Ahaaa.....
Pak Menteri bisa saja.
Suatu saat nanti menjadi pujangga.
Tanpa beban sejarah tanpa beban keluarga.
Memang ayahanda pak Menteri penulis berbau sastra.

Mungkin interpretasi.
Kata untuk membangun komunikasi.
Sampaikan visi dan misi tanpa misteri.
Ungkapkan kata sejuta arti terperi.
Mudahkan jalinan tanpa hambatan lagi.
Pak Menteri menjadi manusia multi fungsi.
Kecendikiaan sekaligus pejabat tinggi.
Teringat lagi Soekarno sekaligus pelukis dengan banyak sisi.

Keindahan kata.
Merubah karakter bangsa.
Menjadi estetis tanpa suka marah.
Meski banyak masalah tetap hidup terjaga.
Justru bisa dekatkan diri pada Yang Maha Kuasa.
Mensyukuri dengan rasa rindu tanpa jedah.
Kekasih tanpa pernah terpisah selamanya.
Maha Indah segala menjadi terpesona.
Innallaha jamil yuhibbul jamal sabda nabi kita.

Apresiasi.
Untuk mereka yang suka seni.
Sebagai media mengabdi pada ilahi.

Malang, 04 Oktober 2017
'Abd Al Haris Al Muhasibiy

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANAD YAI GHOFUR

Puisi DZULHIJJAH

MAKALAH KH. WAHID HASYIM